Chapter 1: Kelahiran Sang Anak
Di dalam istana kerajaan Mythopia, suasana tegang mengisi udara saat Elara, ratu Mythopia, merasakan sakit yang hebat. Raja Itharius, suaminya, panik melihat keadaan Elara yang merintih kesakitan.
"Dokter! Dokter segera!" seru Raja Itharius dengan suara penuh kekhawatiran.
Dokter kerajaan segera datang dan memberikan perawatan terbaik kepada Elara. Setelah beberapa saat yang terasa berabad-abad bagi Raja Itharius, akhirnya terdengar tangisan bayi yang menyambut kedatangan dunia.
Tangisan itu membuat Raja Itharius merasa haru sekaligus takut. Dia tahu bahwa kelahiran anaknya telah memicu bencana besar. Tanah di sekitar istana Mythopia berguncang, dan gunung-gunung menjijikkan mengepulkan asap hitam. Namun, terlepas dari semua kekacauan tersebut, Itharius melihat ke dalam mata malaikat yang menatapnya dalam bentuk anaknya yang baru lahir.
"Isidore," bisik Raja Itharius dengan lembut. "Namamu adalah Isidore."
Namun, para biksu kerajaan yang hadir juga melihat tanda-tanda ketakutan dalam mata sang bayi. Mereka meyakini bahwa Isidore adalah anak yang dijuluki "Pembawa Bencana" oleh para dewa. Mereka berpendapat bahwa satu-satunya cara untuk menghindari malapetaka yang lebih besar adalah dengan membawa Isidore menjauh dari kerajaan.
Chapter 2: Penyelamatan Rahasia
Malam itu, ketika kerajaan tengah terlelap, Raja Itharius bersama seorang pengawal setia memutuskan untuk menyelamatkan Isidore dari rencana biksu kerajaan. Mereka menempatkan bayi itu di kereta kuda kecil yang sudah mereka persiapkan di luar istana.
"Kau akan aman, Isidore," ucap Raja Itharius sambil mengecup kening sang bayi. "Kami akan menjaga rahasia ini dan melindungimu dari dunia luar."
Dengan berat hati, Raja Itharius mengucapkan selamat tinggal pada istrinya yang sedang pulih dari kelahiran. Ia menaikkan kuda dan melaju menjauh dari kerajaan Mythopia, meninggalkan segala kenangan dan tugasnya sebagai seorang raja demi melindungi anaknya.
Perjalanan mereka melintasi hutan-hutan lebat dan sungai-sungai yang ganas. Raja Itharius berusaha untuk tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan, tetapi tak dapat ia sembunyikan betapa berat perasaannya. Bagaimana nasib Mythopia tanpa kehadiran sang raja? Bagaimana Isidore akan tumbuh tanpa mengetahui kerajaan tempat kelahirannya?
Chapter 3: Pencarian Identitas
Setelah berbulan-bulan berkelana, Raja Itharius dan Isidore tiba di sebuah desa terpencil di Pulau Kalimantan. Desa ini terletak jauh dari keramaian dan sangat jauh dari pengaruh kerajaan Mythopia. Mereka diterima dengan ramah oleh penduduk desa yang baik hati.
Raja Itharius mengganti namanya menjadi Tandika, dan ia menyembunyikan identitasnya sebagai seorang raja Mythopia. Dia tidak ingin ada yang mengetahui tentang Isidore dan potensi bahaya yang dihadapinya. Mereka hidup dalam kebahagiaan sederhana, dan Tandika mengajarkan Isidore tentang kebaikan dan kebenaran.
Namun, di hati Tandika, kerinduan akan Mythopia tak pernah pudar. Ia merasa bahwa Isidore perlu mengetahui asal-usulnya, dan bagaimana kehidupan di kerajaan pecahan tersebut. Maka, Tandika memutuskan untuk kembali ke Mythopia dengan Isidore untuk mengungkap rahasia yang tersembunyi selama ini.
Chapter 4: Keberanian Anak Pemimpin
Ketika Tandika dan Isidore kembali ke Mythopia, mereka disambut dengan penuh sukacita oleh para penduduk yang selama ini merindukan kehadiran raja mereka. Namun, keberadaan Isidore tetap menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh sedikit orang.
Isidore, yang tumbuh menjadi seorang pemuda pemberani, merasa ada yang tidak beres di kerajaan ini. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan darinya dan ia bertekad untuk mengungkap kebenaran. Dengan bantuan beberapa sahabat setia, mereka memulai petualangan yang berbahaya dan menarik di dalam kerajaan Mythopia.
Perjalanan mereka membawa mereka ke dalam gua-gua tersembunyi yang dijaga ketat oleh para biksu kerajaan. Di dalam gua tersebut, mereka menemukan naskah kuno yang menceritakan tentang ramalan yang menghantui kerajaan Mythopia selama ini.
Chapter 5: Mengungkap Misteri
Bersamaan dengan penemuan naskah tersebut, mereka menemukan fakta bahwa kelahiran Isidore sebenarnya adalah tanda berkat yang diberikan oleh dewa-dewa, bukan kutukan. Isidore adalah penerus sejati dari Mythopia, yang akan membawa kejayaan dan kedamaian bagi kerajaan.
Dengan keberanian dan pengetahuan baru mereka, Isidore dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk menghadapi para biksu dan menghadirkan kebenaran kepada kerajaan Mythopia. Mereka memimpin revolusi melawan tirani para biksu dan membebaskan kerajaan dari penjara ketakutan dan keterbatasan.
Akhirnya, Mythopia kembali terhubung dengan dunia luar. Kerajaan ini menerima pengaruh luar dengan bijaksana dan berkembang menjadi kerajaan yang makmur di Pulau Kalimantan. Isidore, sang anak pemimpin yang gagah berani, memimpin kerajaan dengan kebijaksanaan dan keadilan, mengubah takdir kerajaan Mythopia menjadi kisah keberanian dan petualangan yang akan dikenang selamanya.
Epilog: Legenda Mythopia
Hingga hari ini, legenda Mythopia tetap hidup di hati orang-orang Kalimantan. Kisah tentang anak pembawa keberanian dan perubahan yang dibawa olehnya menjadi inspirasi bagi generasi-generasi mendatang. Kerajaan Mythopia, yang dulunya terisolasi dan takut, telah menjadi simbol keberanian, persatuan, dan harapan bagi semua orang yang menghadapinya.
Dan di dalam hati Isidore, raja sejati Mythopia, terukir rasa syukur dan kebahagiaan atas petualangan hidupnya yang penuh warna. Dia tahu bahwa takdirnya memang telah ditentukan oleh dewa-dewa, dan dia berjanji untuk menjalankan tugasnya sebagai pemimpin dengan keberanian dan keadilan sejati, demi kebaikan dan kemakmuran kerajaan Mythopia.
Chapter 6: Kekuatan Tersembunyi
Isidore merasakan kekuatan yang ganjil mengalir melalui tubuhnya saat ia memegang relic kuno tersebut. Cahaya emas memancar dari keris itu, menyinari seluruh kuil dan mengisi udara dengan keajaiban.
Saat Isidore mengunuskan kerisnya ke udara, tiba-tiba terdengar suara gemuruh yang memenuhi ruangan. Tiga pertapa kuno muncul dari udara, terlihat seperti peri kecil yang duduk bersila di atas udara. Mata mereka terpejam, seolah dalam meditasi yang mendalam.
Para biksu yang datang terkejut melihat pemandangan yang tak terduga ini. Mereka pucat dan gemetar, menyadari bahwa Isidore telah menemukan keris suci yang seharusnya hanya dimiliki oleh Patih Gajahmada dari kerajaan Majapahit.
Dengan tenang, Isidore menatap para biksu dan berkata, "Apa maksudmu dengan menyembunyikan relic ini, para biksu? Apa yang kalian takutkan?"
Para biksu terdiam, terkejut oleh keberanian Isidore. Mereka saling pandang, tidak tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan sang anak pemimpin.
Chapter 7: Perjalanan Menuju Kebenaran
Isidore merasa bahwa saatnya untuk mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik relic kuno ini. Dia memimpin perjalanan menuju kuil terlarang yang disembunyikan oleh para biksu.
Dalam perjalanan tersebut, Isidore dan sahabat-sahabatnya melewati lorong-lorong gelap dan labirin yang rumit. Mereka menghadapi rintangan-rintangan fisik dan spiritual yang sulit. Namun, dengan keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri, mereka berhasil mencapai ruang utama kuil terlarang.
Di dalam ruangan itu, mereka menemukan sebuah meja altar yang menjulang tinggi. Di atas altar itu terdapat sebuah relief besar yang menggambarkan Patih Gajahmada dan kejayaan kerajaan Majapahit. Tepat di bawah relief itu, sebuah ruang rahasia tersembunyi.
Isidore dengan hati-hati membuka ruang rahasia tersebut dan tercengang melihat apa yang ada di dalamnya. Di sana terletak sebuah peti kecil yang tertutup rapat. Ketika peti itu dibuka, terpancarlah cahaya yang memukau, mengisyaratkan keberadaan sesuatu yang luar biasa di dalamnya.
Chapter 8: Pertemuan dengan Para Pertapa
Isidore memandangi para pertapa yang muncul di depannya dengan rasa penasaran dan sedikit rasa takut. Mereka memiliki aura yang berbeda, memancarkan cahaya yang menembus kegelapan gua. Masing-masing dari mereka memiliki ciri khas yang unik.
Yang pertama adalah Raja Alam Wardhana. Ia memiliki mata yang penuh pengetahuan dan senyum yang penuh misteri. "Aku pernah menjadi raja di Mythopia," katanya dengan suara tenang. "Aku bangkit, meski hanya sebagian dari kekuatanku, karena kau telah menemukan relic kuno ini."
Pertapa kedua, Ksatria Cheon Myeong, mengenakan pakaian perang yang elegan. Dia berdiri tegap, penuh wibawa, dan memandang Isidore dengan mata tajam. "Aku adalah pelindung raja," katanya. "Dulu aku melindungi Mythopia dengan keberanian dan kehormatan."
Sementara pertapa ketiga, seorang biksu bernama Sri Laksana, tampak lebih lembut dan penuh kebijaksanaan. Matanya sedikit menyipit, dan dia tersenyum damai. "Aku adalah biksu yang mengurung kami dalam keris ini," katanya. "Karena raja ingin melindungi pengetahuanku, aku setuju untuk terjebak di dalam sini demi Mythopia."
Isidore merasa semakin bingung. Mengapa raja mengurung para penjaga seperti ini? Dan mengapa dia yang akhirnya melepaskan mereka? Ada sesuatu yang tidak beres dalam sejarah Mythopia, dan dia harus mengetahuinya.
"Kenapa kalian di kurung?" Isidore bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Dan mengapa aku yang membebaskan kalian?"
Raja Alam Wardhana tertawa ringan. "Itu karena hanya seorang dengan hati murni yang dapat mengangkat keris itu dan membangkitkan kami. Hanya mereka yang tak terbebani oleh niat jahat."
Sri Laksana kemudian berkata, "Ada banyak rahasia yang tak bisa diungkapkan dengan mudah. Tapi pengetahuan yang kami miliki adalah kunci untuk memahami kebenaran yang sesungguhnya tentang Mythopia."
Dengan jawaban yang ambigu itu, Isidore sadar bahwa perjalanan menuju kebenaran baru saja dimulai. Apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu Mythopia? Apa rahasia yang para biksu sembunyikan? Isidore tahu bahwa dia perlu mengungkap semuanya, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan kerajaan ini.